Istilah GSA dalam Diagnostic and Statistical Manual-Text Revised (DSM-IV TR) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association adalah gangguan yang termasuk ke dalam Pervasive Developmental Disorders (PDD). Gangguan-gangguan yang termasuk kedalam PDD adalah Gangguan Autistik, Autisme tak khas, Sindrom Rett, Gangguan Desintegratif masa kanak lainnya, Sindrom Asperger, dan gangguan perkembangan pervasif lainnya.
Pervasif artinya gangguan tersebut sangat berat dan luas yang memengaruhi fungsi individu secara mendalam dan dalam segala situasi. Salah satu faktor risiko GSA adalah genetik, risiko terjadinya GSA apabila saudara kandung mengalami GSA adalah 50%.
Faktor risiko yang signifikan pada masa sebelum kehamilan (prenatal) yang terkait dengan resiko terjadinya GSA pada anak adalah ibu dengan usia lanjut (primigravida >35 tahun, paragravida >40 tahun) saat bayi lahir, perdarahan saat kehamilan, diabetes gestasional, lingkar perut kecil untuk usia kehamilan, dan kelahiran bayi pertama.
Faktor risiko yang signifikan pada masa sesudah kehamilan (postnatal) yang terkait dengan risiko terjadinya GSA pada anak adalah trauma kelahiran, gawat janin, berat badan lahir rendah (<2,5 kg).
Diagnosis GSA berdasarkan DSM-IV TR dapat ditegakan oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (Sp.KFR) subdiv pediatri, dokter spesialis penyakit anak (Sp.A) subdiv neuro, dan dokter spesialis kedokteran jiwa (Sp.KJ).
Gejala – gejala yang menunjukkan adanya GSA antara lain:
- Gangguan interaksi sosial seperti:
- Kesulitan dalam menggunakan berbagai perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya yang mengatur interaksi sosial.
- Kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya atau teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.
- Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan secara spontan dengan orang lain (misal: kurang menampakkan perilaku memperhatikan, membawa, atau menunjuk objek yang menjadi minatnya).
- Ketidakmampuan dalam membina hubungan sosial dan emosi yang timbal balik.
- Gangguan berkomunikasi seperti:
- Keterlambatan dalam perkembangan bicara.
- Kurang mampu untuk memulai pembicaraan atau memelihara suatu percakapan dengan yang lainnya.
- Pemakaian bahasa yang stereotipi atau berulang-ulang, atau bahasa yang aneh (idiosyncratic languange).
- Cara bermain kurang bervariatif, kurang mampu bermain pura-pura (sandiwara), secara spontan, kurang mampu meniru secara sosial sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.
- Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotipi seperti:
- Keasyikkan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan stereotipi, baik dalam intensitas maupun dalam fokusnya.
- Tampak tidak fleksibel atau kaku dengan rutinitas atau ritual yang khusus, atau yang tidak memiliki manfaat.
- Perilaku motorik yang stereotipi dan berulang-ulang (seperti: memukul-mukulkan atau menggerakkan tangannya atau mengetuk-ngetukkan jarinya, atau menggerakkan seluruh tubuhnya).
- Keasyikan yang menetap dengan bagian-bagian dari benda (objek).
Penatalaksanaan GSA
Terdapat beberapa aspek dalam penatalaksanaan GSA termasuk farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi melibatkan pemilihan jenis obat dan dosis yang akan ditentukan oleh dokter yang berwenang, dan harus dikonsumsi secara teratur.
Penatalaksanaan Non Farmakologi bertujuan untuk memperbaiki gangguan perilaku, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan belajar. Fokus tujuan utama terapi non farmakologi pada pasien anak dengan GSA adalah keterampilan bahasa, fungsi sosial dan adaptasi di lingkungannya, serta dapat merawat diri sendiri.
Jenis terapi yang dapat diberikan diantaranya adalah:
- Terapi Perilaku dengan Metode Applied Behavior Analysis (ABA)
Metode ini digunakan untuk anak dengan gangguan perkembangan seperti GSA karena metode ini terstruktur, terarah, dan terukur. Metode ABA berisi instruksi yang sifatnya singkat, jelas, tegas, tuntas, dan sama. Semua materi pengajaran yang dipakai bertujuan untuk mengajarkan dan mempersiapkan suatu keterampilan yang diperlukan anak dengan GSA untuk mencapai kemandirian dan sebagai bekal untuk hidup dalam komunitas masyarakat sekitar. Intensitas pola pengajaran selama 40 jam per minggu. Pola yang dipakai bisa dilakukan di sekolah (khusus) yang dilanjutkan di rumah pasien.
- Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)
Studi yang dilakukan untuk menilai efektivitas metode terapi CBT ini pada anak-anak dengan GSA memberikan hasil positif untuk mengurangi perilaku repetitif pada pasien.
- Intervensi Diet Casein & Glutein
Tujuan intervensi casein dan glutein pada anak dengan GSA adalah untuk mengurangi perilaku hiperaktif.
- Terapi Okupasi dan Terapi Lainnya
Terapi okupasi dan terapi konseling, dan pelatihan keterampilan sosial adalah sarana mengajar bagi pasien dengan GSA agar dapat meningkatkan keterampilan dan bakat yang mereka miliki.
Prognosis
Terdapat beberapa faktor yang akan memengaruhi keberhasilan penatalaksanaan anak dengan GSA, yaitu:
- Berat ringannya derajat kelainan. Semakin berat kelainan dan semakin buruk perilakunya akan semakin sulit untuk mencapai perbaikan fungsi.
- Usia anak saat pertama kali mendapatkan penatalaksanaan secara benar dan teratur. Idealnya pertama kali anak dengan GSA mendapatkan penatalaksanaan adalah pada saat mereka berusia 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak sangat cepat.
- Intensitas penatalaksanaan atau intervensi. Penatalaksanaan dengan menggunakan teknik dan metode yang benar, idealnya waktu yang dibutuhkan minimal 40 jam per minggu.
- IQ anak. Semakin cerdas seorang anak akan semakin cepat menangkap materi yang diberikan.
- Tidak terdapat kelainan di pusat bahasa otak. Kerusakan pusat bahasa yang terdapat di lobus parietalis (kiri) akan mempersulit keterampilan anak dengan GSA untuk berbicara.
Doyle CA; Christopher J. McDougle CJ. Pharmacologic treatments for the behavioral symptoms associated with autism spectrum disorders across the lifespan. Dialogues in Clinical Neuroscience – Vol 14. No. 3; 2012. hlm 263-279.
Myles BS, Swanson TC, Holverstott J, Duncan MM. Autism Spectrum Disorders, A Hand Book For Parents And Professionals Volume 1. Dalam: Bassity B, Lacava PG editor. Antidepressant & Antipsychotic Medications, Diet Therapy. Greenwood Publishing Group, Inc, United States of America; 2013. hlm 41-44, 107-108.
Sadock BJ, Sadock VA. Autism Spectrum Disorder. Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatric: Behaviour sciences/clinical psychiatric. 11th ed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins; 2015. hlm 1152-1163.
Elsabbagh M, Divan G, Koh YJ, Kim YS, Kauchali S. Global Prevalence of Autism and Other Pervasive Developmental Disorders. J Autism Res 2012, International Society for Autism Research, Wiley Periodicals, Inc; 2012. hlm 160-161.
Fatemi SH, Aldinger KA, Ashwood P, Bauman ML. Consensus Paper: Pathological Role of the Cerebellum in Autism, Cerebellum. PMC 2013. 11(3); 2013. hlm 777–807.
Widyawati I, Autisme Masa Kanak. Buku Ajar Psikiatri, FKUI, Jakarta; 2010. hlm 422 – 433.
PP PDSKJI, Gangguan Perkembangan Pervasive. Dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri, Jakarta; 2012. hlm 119-121.